Sabtu, 05 Februari 2011

Intropeksi Diri " Muhabasah "

Bismillahir rohmaanir rohiim...
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ...

SETIAP manusia beriman meyakini adanya kehidupan setelah kematian, yakni alam akhirat. Kehidupan di alam akhirat merupakan kehidupan hakiki dan abadi. Kehidupan di dunia ini hanyalah persinggahan untuk menuju alam akhirat. Oleh karenanya, setiap Mukmin tidak akan menyia-nyiakan kesempatan hidup di dunia ini dengan perbuatan sia-sia, apalagi mendatangkan dosa dan murka Allah Azza Wa Jalla .

Keyakinan terhadap adanya alam akhirat menjadi motivasi utama bagi amal shaleh, yakni perbuatan baik sesuai dengan garis yang ditentukan dalam syariat Islam. Keyakinan akan adanya alam akhirat itu pula yang bisa memunculkan sikap ikhlas dalam setiap perbuatan karena yakin Allah Azza Wa Jalla akan memberinya imbalan setimpal (pahala).

Sebaliknya, keyakinan akan adanya alam akhirat pula yang bisa memotivasi seorang Mukmin untuk menghindari perbuatan tercela. Pasalnya, jikapun balasan dosa tidak diturunkan Allah di dunia, pastilah di akhirat kelak murka-Nya akan ditunjukkan.

Di alam akhirat kelak, setiap anggota badan kita akan berbicara dan menjadi saksi atas perbuatan yang kita lakukan, sedangkan mulut kita terkunci. Dengan demikian, di akhirat kelak tidak ada tempat bagi dusta, kepalsuan, atau kepura-puraan.

Hidup di dunia sebentar saja, sekadar mampir sekejap mata. Namun, waktu yang sebentar itu pula yang bisa menjerumuskan seorang anak manusia ke jurang kehinaan dan kecelakaan dunia dan akhirat. Hal itu karena godaan kenikmatan duniawi sangatlah menggiurkan sehingga bisa meluruhkan kekuatan iman. Allah Azza Wa Jalla memang menguji manusia dengan memberikan “hiasan” pada dirinya berupa kesenangan syahwat terhadap wanita, harta benda, dan jabatan. Saat memenuhi hasrat kesenangan itulah manusia sering melanggar batas yang sudah ditentukan Allah Azza Wa Jalla .
Kelemahan iman, kekeringan rohani dari cahaya kebenaran Islam, dan bisikan syetan merupakan penyebab utama manusia terjerumus ke jurang kenistaan.

Alquran Surat Al-Hasyr ayat 18 di atas merupakan peringatan sekaligus bimbingan Allah SWT agar kita melakukan introspeksi atau evaluasi diri, merenungkan tentang apa-apa yang telah kita perbuat dan menilai sejauh mana amal yang telah kita kerjakan untuk persiapan sebagai bekal di akhirat nanti.

Sudah seharusnya, setiap Muslim senantiasa mengingat ayat tersebut dan mengamalkannya dengan sepenuh hati, untuk memahami realitas diri. Bagaimanapun, kehidupan akhirat bagi seorang Muslim lebih penting ketimbang kehidupan dunia, sebab alam dunia ini sifatnya fana alias tidak kekal, sedangkan kehidupan akhirat adalah abadi (baqa).

Allah
Azza Wa Jalla mengingatkan,
“Dan kehidupan akhirat lebih baik bagimu ketimbang kehidupan dunia”.
Dengan atau tanpa sadar, kita harus senantiasa mawas diri dan menjaga diri, barangkali kita selama ini terbuai dengan kehidupan dunia, waktu habis untuk memikirkan dan mengejar kesenangan dunia semata, sehingga mengabaikan persiapan dan melupakan bekal untuk kehidupan kelak di akhirat.

SURAT Al-Hasyr 18 merupakan perintah agar kita sering-sering mengevaluasi amal perbuatan kita: sejauh mana kemusliman kita telah ditunjukkan, sejauh mana keimanan kita telah dibuktikan di hadapan Allah Azza Wa Jalla , dan sejauh mana bekal berupa amal saleh telah kita kumpulkan untuk kehidupan akhirat kelak?

Kehidupan dunia merupakan cobaan atau ujian dari Allah Azza Wa Jalla bagi umat manusia. Dalam Alquran disebutkan, kehidupan dunia ini adalah untuk menguji manusia, siapa di antara mereka yang paling baik amalnya (QS Al-Kahfi [18]: 7).
Alquran juga menyatakan, kehidupan dunia ini adalah permainan, senda gurau, perhiasan, dan (ajang) adu kemegahan manusia (QS Al-Hadid [57]: 20).

Dalam menjalani kehidupan di dunia ini kita bergelut dan berpacu dengan waktu. Dan bagi seorang Muslim, waktu sangat penting artinya. Bahkan dalam QS Al-'Ashr [103]: 1-3
Allah Azza Wa Jalla bersumpah dengan waktu. Hal itu menunjukkan betapa kita harus mempergunakan waktu hidup di dunia ini untuk beriman dan beramal shalih. Terlebih, dalam ayat tersebut dinyatakan, semua manusia akan merugi kecuali mereka yang beriman dan beramal shalih, serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.

Dengan demikian, ayat yang dikutip pada awal tulisan ini, salah satu operasionalisasi-praktisnya adalah kita harus merenung diri, apakah waktu-waktu kita yang telah berlalu itu kita isi dengan amal-perbuatan yang tidak melanggar hukum Allah?

Apakah waktu-waktu kita justru diisi dengan amal yang mengabaikan dan melupakan perintah dan larangan-Nya? Apakah waktu-waktu yang kita lalui telah kita isi dengan amal shalih, ataukah dengan kesia-siaan bahkan kemaksiatan? Na’udzubillah.

Sebagai salah satu pedomannya,
Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam bersabda,

"Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin berarti ia termasuk orang beruntung; barangsiapa yang hari ini sama dengan kemarin maka ia termasuk rugi; dan barangsiapa yang hari ini lebih buruk amalannya ketimbang kemarin berarti ia terlaknat."

Hadis di atas dimaksudkan agar kita senantiasa terus memperbaiki amal, meningkatkan iman dan amal shalih, atau agar kita meningkatkan pemahaman dan pengamalan Islam. Dzikrulmaut (mengingat kematian) merupakan salah satu stimulus bagi kita untuk melakukan introspeksi diri, apalagi kematian bisa datang kapan saja, tidak ada yang tahu kecuali Allah Azza Wa Jalla .

Kalau ternyata amal kita di masa lalu kita rasakan buruk atau penuh noda-dosa, jalan satu-satunya adalah bertaubat; memohon ampun pada Allah, menyesalinya, dan bertekad tidak akan mengulanginya lagi. Jika masa lalu kita kelam, tentu saja bukan alasan untuk menjadikan kita berputus asa. Karena, 
Allah Azza Wa Jalla telah menegaskan,.

Katakanlah ! Wahai hamba-hamba-Ku yang melewati batas, janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Karena sesungguhnya Allah mengampuni semua dosa.  (QS Az-Zumar [39]: 53).

Demikianlah, Allah Maha Pengampun dan Penyayang pada hamba-hamba-Nya. Tentu, sebagai Muslim, kita harus terus berusaha seoptimal mungkin untuk menjadi hamba Allah yang baik. Tidak berpaling dari ajaran-Nya yang sesuai dengan fitrah kita sebagai manusia... Wallahu a’lam Bishawab ...

Allah Bersama Orang Sabar !!!



Bismillahir rohmaanir rohiim...
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ..

Sabar adalah satu sifat yang mulia. Dengan sifat sabar, kita bisa merubah lawan menjadi teman. Orang-orang yang sabar mempunyai keuntungan yang besar:

„Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.

Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keuntungan yang besar.“ [Fushilat:34-35]

Allah menjanjikan surga kepada orang-orang yang sabar:

„Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa,

(yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan mema’afkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan.“ [Ali Imran:133-134]

Ketika Abu Bakar tersinggung pada kerabatnya yang turut menyiarkan fitnah terhadap anaknya ‚Aisyah dan ingin menghentikan bantuan, turun ayat Allah yang melarang itu:

„Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabat(nya), orang-orang yang miskin dan orang-orang yang berhijrah pada jalan Allah, dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu? Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang“ [An Nuur:122]

Memaafkan orang bisa mendapat pahala dan lebih utama:

„Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim.“ [Asy Syuura:40]

„Tetapi orang yang bersabar dan mema’afkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.“ [Asy Syuura:43]

„Jika kamu melahirkan sesuatu kebaikan atau menyembunyikan atau memaafkan sesuatu kesalahan (orang lain), maka sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Kuasa.“ [An Nisaa’:149]

Kadang dalam rangka taushiyah/dakwah orang sering berkata-kata buruk terhadap orang yang tidak sepaham. Padahal dalam surat Al Ashr kita diperintahkan untuk melakukannya dengan cara yang baik dan dengan kesabaran:

„kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.“
[Al Ashr:3]

Allah tidak suka dengan orang yang suka mencaci orang lain:

„Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.“ [An Nisaa’:148]

Allah cinta dan bersama dengan orang-orang yang sabar:

„Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.“ [Al Anfaal:46]

Allah menyuruh kita sabar dan melarang kita marah meski kita dalam keadaan benar. Lihat bagaimana Allah mengecam Nabi Yunus yang marah kepada ummatnya yang jelas-jelas kafir:

„Maka bersabarlah kamu (hai Muhammad) terhadap ketetapan Tuhanmu, dan janganlah kamu seperti orang yang berada dalam (perut) ikan ketika ia berdoa sedang ia dalam keadaan marah (kepada kaumnya).“ [Al Qalam:48]


Menjadi orang yang sabar memang sulit. Sangat sulit. Mudah-mudahan Allah Azza Wa Jalla memberi kekuatan bagi kita hingga bisa jadi orang yang sabar dan dekat denganNya.

Di bawah adalah doa agar diberi Allah kesabaran dan wafat dengan akhir yang baik (Husnul Khatimah) di mana kita bukan hanya dicintai Allah, tapi juga manusia:

“Ya Tuhan kami, limpahkanlah kesabaran kepada kami dan wafatkanlah kami dalam keadaan berserah diri kepada-Mu” [Al A'raaf 126]

Wallahi Taufiq Wal Hidayah ..Semoga Bermanfaat ..Amiin Ya Rabb ..
Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika....

~ Meraih Cinta Ibu ~



Bismillahir rohmaanir rohiim ...

 Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Syahdan, seorang laki-laki suatu ketika bertanya kepada Ibn Abbas r'a, ''Saya meminang seorang wanita, tetapi dia menolak pinangan saya. Setelah itu, datang orang lain meminangnya, lalu dia menerimanya. Saya menjadi cemburu dan membunuhnya. Apakah tobat saya diterima?''

Ibn Abbas bertanya, ''Apakah ibumu masih hidup?'' Dia menjawab, ''Tidak.'' Ibn Abbas berkata, "Bertobatlah kepada Allah dan mendekatlah kepada-Nya semampumu." Atha' bin Yasar yang hadir ketika itu bertanya kepada Ibn Abbas, "Mengapa engkau bertanya kepada lelaki itu, apakah ibunya masih hidup?" Ibn Abbas menjawab, "Saya tidak tahu perbuatan yang paling mendekatkan (seseorang) kepada Allah Azza Wa Jalla, melainkan berbakti kepada ibu."(HR Bukhari).

Demikian mulia kedudukan seorang ibu. Di antara bapak dan ibu, ibulah yang lebih berhak untuk menerima perhatian dari seorang anak. Tidak hanya itu, dalam sebuah sabda Nabi Muhammad Sallallahu 'alaihi Wasallam yang masyhur,
ibu memiliki hak tiga kali lipat lebih besar daripada seorang bapak.

Ada beberapa alasan mengapa seorang ibu memiliki hak tiga kali lipat lebih besar daripada seorang bapak.

  • Pertama,
seorang ibu menanggung berbagai kesusahan, baik ketika mengandung maupun melahirkan. Bahkan, ketika anaknya sudah berumur empat puluh tahun pun, perhatian seorang ibu tidak pernah berhenti, ia terus mendoakan anaknya ...

Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (QS Al-Ahqaf [46]: 15).

  • Kedua,
kesusahan ketika mengandung itu bertambah dan semakin bertambah ...

Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.(QS Luqman [31]: 14).

  • Ketiga,
kesusahan seorang ibu mencapai puncaknya ketika hendak melahirkan. Alquran memberi gambaran betapa sakit waktu melahirkan dengan ungkapan bahwa Maryam binti Imran menginginkan kematian atau menjadi barang yang tidak berarti

Maka rasa sakit akan melahirkan anak memaksa ia (bersandar) pada pangkal pohon kurma, dia berkata: "Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi barang yang tidak berarti, lagi dilupakan."(QS Maryam [19]: 23).

  • Keempat,
setelah melahirkan, kewajiban ibu belum selesai. Ia harus menyusui dan merawat anaknya. Ia tidak akan pernah merasa tenang jika keselamatan dan kenyamanan sang anak terancam. Hal ini seperti ibu dari Nabi Musa As ketika ia diperintahkan Allah untuk menghanyutkan anaknya di sungai ...

Maka kami kembalikan Musa kepada ibunya, supaya senang hatinya dan tidak berduka cita dan supaya ia mengetahui bahwa janji Allah itu adalah benar, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.  (QS Alqashash [28]: 7-13).

Empat perkara ini cukup menjelaskan mengapa Allah dan Rasul-Nya menempatkan derajat ibu lebih tinggi daripada bapak.Wahai Saudaraku fiilah..semoga kita tidak sedikitpun menyia-nyiakan waktu kita untuk Mencintai dan Menyangi IBU kita, Doakanlah mereka (IBU) krena begitu besar kasih dan Sayang seorang IBU bagi kita (Anak) ..Wallahu'alam.

Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:
Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil." (QS.Al Israa':24)

Wallahi Taufiq Wal Hidayah ..Semoga Bermanfaat ..Amiin Ya Rabb ..

Subhanakallahumma wabihamdika asyhadu alla ila ha illa anta astaghfiruka wa atuubu ilaika....

Kemana Ruh Orang yang Meninggal ?

Bismillahirrahmaanirrahiim...
Assalamualaikum,.Warahmatullahi,.Wabarakatuh,..

Alhamdulillah segala puji bagi Allah Azza Wa Jalla pemilik ilmu yang sempurna, shalawat dan salam kepada junjungan Nabi Sallallahu 'alaihi Wasallam, ama ba’du.

Sering kita mendengar dari teman, tetangga atau saudara kita bahwa kalau orang yang sudah meninggal maka ruhnya selama 40 hari masih berkeliaran ditempat dimana ia dulu masih hidup…., benarkah demikian ??

Saudaraku seiman, perlu diketahui bahwa alam orang yang hidup dengan alam orang yang sudah mati itu jauh berbeda,
  • Perbedaan – perbedaan itu dapat dilihat dalam beberapa factor :
  • Pertama,
ruh mereka terlepas dari raga atau badan jasmani, artinya segala kebutuhan yang bersifat jasmani tidak mereka butuhkan lagi. Orang yang mati tidak lagi membutuhkan makan dan minum, mereka berada di alam yang benar – benar jauh berbeda dengan alam orang yang hidup, bayangkan jika orang yang mati masih membutuhkan makan dan minum tentu dunia ini tidak akan sanggup memenuhi kebutuhan tersebut karena mereka yang wafat sejak jaman Adam sampai dengan sekarang ditambah lagi dengan manusia yang hidup saat ini, berapa jumlah penduduk bumi (baik yang hidup dan yang sudah mati) untuk dipenuhi kebutuhan makan dan minumnya ???
percayalah bumi tidak akan sanggup memenuhinya….

  • Kedua,
orang yang mati tidak lagi terikat oleh waktu dan tempat, mereka tidak merasakan waktu seperti yang dirasakan orang hidup pula tidak merasakan tempat seperti tempatnya orang hidup.
  • Ketiga,
Allah swt menerangkan dalam Quran surat Azzumar ayat 42 bahwa ruh orang yang mati itu berada dalam genggaman Allah Azza Wa Jalla, :
“ Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir. “
[QS Surat 39.ayat 42]


Bagaimana mungkin ruh dapat berkeliaran mengganggu manusia setelah ia wafat, tidak, tidaklah mungkin sebab Allah swt memegang ruh itu. Seorang narapidana saja sangat sulit lepas dari pegangan penjaga penjara, itu baru makhluk apalagi yang memegangnya ini Allah Azza Wa Jalla, mustahil bagi ruh untuk berkeliaran didunia walaupun Cuma 40 hari saja. Tidaklah mungkin.

Ruh itu berada dalam alam barzakh, tahukah saudaraku apa pengertian dari Barzakh itu, barzakh dalam bahasa Arab artinya pembatas atau dinding, jadi pengertian alam barzakh adalah alam yang didinding dari alam hidup sehingga ruh tidak dapat lari, atau pergi kealam dunia lepas dari genggaman Allah Azza Wa Jalla.

Rasulullah berkata bahwa putus semua hubungan bagi orang yang mati kecuali tiga hal : Pertama amal sholeh simati sewaktu hidupnya, kedua ilmu yang bermanfaat yang diajarkan oleh simati sewaktu hidupnya sehingga dengan ilmu tersebut ummat mendapat kemaslahatan yang berlimpah dan yang terakhir adalah doa anak yang sholeh yang selalu mendoakan simati agar dibebaskan dari segala dosa dan diampuni serta ditempatkan dalam jannattunnaim.

Dengan keterangan yang disampaikan Allah Azza Wa Jalla tersebut pupus sudah anggapan dan dugaan bagi kebanyakan orang akan ruh yang berkeliaran selama masa 40 hari setelah meninggalnya, namun yang benar adalah ruh tidak dapat berkeliaran akan tetapi ia dipegang oleh si Pemilik ruh itu sendiri yaitu Allah Azza wazalla.
  • Ganguan Jin
Lantas siapakah sebenarnya biang kerok dari semua gangguan yang mengatas namakan orang yang meninggal yang suka mengganggu manusia, tidak lain dan tidak bukan adalah Jin.

Jin kafir dan golongannya selalu saja mengganggu manusia agar dijauhkan dari cahaya Allah swt, dengan segala cara dan jalan dia tempuh untuk memperbanyak teman di neraka kelak.

Untuk itu perlu kiranya kita membentengi diri dari gangguan jin itu, dengan cara perbanyak membaca quran, buku – buku islam atau mengikuti rutinitas pengajian, mendengarkan siaran radio bernuansa islam seperti siraman rohani, dll dan memperbanyak amal ibadah agar iman kita semakin tebal, dengan tebalnya iman maka perasaan akan takut dan ngeri akan hilang sirna.

Seiring dengan kegiatan membentengi diri tersebut niscaya jin pengganggu akan pergi, tunggang – langgang melarikan diri karena mereka tidak akan sanggup menghadpi hamba yang ikhlas beribadah kepada Allah Azza Wa Jalla.

Alloh Azza Wa Jalla Berfirman :“ Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa bila mereka ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, maka ketika itu juga mereka melihat kesalahan-kesalahannya.” [Surat Al A’raf. Ayat 201]

“ Dan teman-teman mereka (orang-orang kafir dan fasik) membantu setan-setan dalam menyesatkan dan mereka tidak henti-hentinya (menyesatkan).” [Surat Al A’raf. Ayat 202]

“ Dan apabila kamu tidak membawa suatu ayat Al Qur’an kepada mereka, mereka berkata: “Mengapa tidak kamu buat sendiri ayat itu?” Katakanlah: “Sesungguhnya aku hanya mengikut apa yang diwahyukan dari Tuhanku kepadaku. Al Qur’an ini adalah bukti-bukti yang nyata dari Tuhanmu, petunjuk dan rahmat bagi orang-orang yang beriman “. [Surat Al A’raf. Ayat 203]


“ Iblis berkata: “Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, “ [Surat Al Hijr ayat.39]

“ kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis di antara mereka”.[Surat Al Hijr ayat.40]

“Ini adalah jalan yang lurus; kewajiban Aku-lah (menjaganya).” [Surat Al Hijr ayat.41]


“ Sesungguhnya hamba-hamba-Ku tidak ada kekuasaan bagimu terhadap mereka, kecuali orang-orang yang mengikut kamu, yaitu orang-orang yang sesat “ [Surat Al Hijr ayat.42].

“ Dan sesungguhnya Jahanam itu benar-benar tempat yang telah diancamkan kepada mereka (pengikut-pengikut setan) semuanya.”[Surat Al Hijr ayat.40].

Demikian semoga bermanfaat dan menambah keimanan dan wawasan kita, Aamin.

Yang benar datangnya semata dari Allah sedang yang salah semata – mata datangnya dari diri saya yang dhoif....

Subhanakallahuma wabihamdika asyhadu ala ilaha illa anta asytaghfiiruka wa atubu ilaik





Jumat, 04 Februari 2011

Wanita yang selalu Berbicara dengan Al-Qur'an !!

Bismillahir rohmaanir rohiim..
Assalamu'alaikum,.Warahmatullahi,.Wabarakatuh,.

Berkata Abdullah bin Mubarak Rahimahullahu Ta'ala :

Saya berangkat menunaikan Haji ke Baitullah Al-Haram, lalu berziarah ke makam Rasulullah sallAllahu 'alayhi wasallam. Ketika saya berada disuatu sudut jalan, tiba-tiba saya melihat sesosok tubuh berpakaian yang dibuat dari bulu. Ia adalah seorang ibu yang sudah tua.
Saya berhenti sejenak seraya mengucapkan salam untuknya.

Terjadilah dialog dengannya beberapa saat.

Dalam dialog tersebut wanita tua itu , setiap kali menjawab pertanyaan Abdulah bin Mubarak, dijawab dengan menggunakan ayat-ayat Al-Qur'an. Walaupun jawabannya tidak tepat sekali, akan tetapi cukup memuaskan, karena tidak terlepas dari konteks pertanyaan yang diajukan kepadanya..

Silahkan Simak Dialog Antara Abdullah Dengan Wanita Tua :

Abdullah : "Assalamu'alaikum warahma wabarakaatuh.
"Wanita tua : "Salaamun qoulan min robbi rohiim." (QS. Yaasin : 58)
(artinya : "Salam sebagai ucapan dari Tuhan Maha Kasih")

Abdullah : "Semoga Allah merahmati anda, mengapa anda berada di tempat ini?
"Wanita tua : "Wa man yudhlilillahu fa la hadiyalahu." (QS : Al-A'raf : 186 )
("Barang siapa disesatkan Allah, maka tiada petunjuk baginya")

Dengan jawaban ini, maka tahulah saya, bahwa ia tersesat jalan.

Abdullah : "Kemana anda hendak pergi?
"Wanita tua : "Subhanalladzi asra bi 'abdihi lailan minal masjidil haraami ilal masjidil aqsa."
(QS. Al-Isra' : 1)
("Maha suci Allah yang telah menjalankan hambanya di waktu malam dari masjid haram ke masjid aqsa")


Dengan jawaban ini saya jadi mengerti bahwa ia sedang mengerjakan haji & hendak menuju ke masjidil Aqsa.

Abdullah : "Sudah berapa lama anda berada di sini?
"Wanita tua : "Tsalatsa layaalin sawiyya" (QS. Maryam : 10)
("Selama tiga malam dalam keadaan sehat")

Abdullah : "Apa yang anda makan selama dalam perjalanan?
"Wanita tua : "Huwa yut'imuni wa yasqiin." (QS. As-syu'ara' : 79)
("Dialah pemberi aku makan dan minum")

Abdullah : "Dengan apa anda melakukan wudhu?
"Wanita tua : "Fa in lam tajidu maa-an fatayammamu sha'idan thoyyiban" (QS. Al-Maidah : 6)
("Bila tidak ada air bertayamum dengan tanah yang bersih")

Abdulah : "Saya mempunyai sedikit makanan, apakah anda mau menikmatinya?
"Wanita tua : "Tsumma atimmus shiyaama ilallaiil." (QS. Al-Baqarah : 187)
("Kemudian sempurnakanlah puasamu sampai malam")

Abdullah : "Sekarang bukan bulan Ramadhan, mengapa anda berpuasa?
"Wanita tua : "Wa man tathawwa'a khairon fa innallaaha syaakirun 'aliim." (QS. Al-Baqarah : 158)
("Barang siapa melakukan sunnah lebih baik")

Abdullah : "Bukankah diperbolehkan berbuka ketika musafir?
"Wanita tua : "Wa an tashuumuu khoirun lakum in kuntum ta'lamuun."
(QS. Al-Baqarah : 184) ("Dan jika kamu puasa itu lebih utama, jika kamu mengetahui")

Abdullah : "Mengapa anda tidak menjawab sesuai dengan pertanyaan saya?
"Wanita tua : "Maa yalfidhu min qoulin illa ladaihi roqiibun 'atiid." (QS. Qaf : 18)
("Tiada satu ucapan yang diucapkan, kecuali padanya ada Raqib Atid")

Abdullah : "Anda termasuk jenis manusia yang manakah, hingga bersikap seperti itu?
"Wanita tua : "Wa la taqfu ma laisa bihi ilmun. Inna sam'a wal bashoro wal fuaada, kullu ulaaika kaana 'anhu mas'ula." (QS. Al-Isra' : 36) ("Jangan kamu ikuti apa yang tidak kamu ketahui, karena pendengaran, penglihatan dan hati, semua akan dipertanggung jawabkan")

Abdullah : "Saya telah berbuat salah, maafkan saya.
"Wanita tua : "Laa tastriiba 'alaikumul yauum, yaghfirullahu lakum." (QS.Yusuf : 92)
("Pada hari ini tidak ada cercaan untuk kamu, Allah telah mengampuni kamu")

Abdullah : "Bolehkah sy  mengangkatmu untuk naik ke atas untaku ini untuk melanjutkan perjalanan,karena anda akan menjumpai kafilah yang di depan.
"Wanita tua : "Wa maa taf'alu min khoirin ya'lamhullah." (QS Al-Baqoroh : 197)
("Barang siapa mengerjakan suatu kebaikan, Allah mengetahuinya")


Lalu wanita tua ini berpaling dari untaku, sambil berkata :
Wanita tua : "Qul lil mu'miniina yaghdudhu min abshoorihim." (QS. An-Nur : 30)
("Katakanlah pada orang-orang mukminin tundukkan pandangan mereka")

Maka saya pun memejamkan pandangan saya, sambil mempersilahkan ia mengendarai untaku.
Tetapi tiba-tiba terdengar sobekan pakaiannya, karena unta itu terlalu tinggi baginya. Wanita itu berucap lagi.

Wanita tua : "Wa maa ashobakum min mushibatin fa bimaa kasabat aidiikum." (QS. Asy-Syura' 30)
("Apa saja yang menimpa kamu disebabkan perbuatanmu sendiri")

Abdullah : "Sabarlah sebentar, saya akan mengikatnya terlebih dahulu."
Wanita tua : "Fa fahhamnaaha sulaiman." (QS. Anbiya' 79) ("Maka kami telah memberi pemahaman pada nabi Sulaiman")

Selesai mengikat unta itu sayapun mempersilahkan wanita tua itu naik.

Abdullah : "Silahkan naik sekarang.
" Wanita Tua : "Subhaanalladzi sakhkhoro lana hadza wa ma kunna lahu muqriniin, wa inna ila robbinaa munqolibuun."(QS. Az-Zukhruf : 13-14)
("Maha suci Tuhan yang telah menundukkan semua ini pada kami sebelumnya tidak mampu menguasainya.
Sesungguhnya kami akan kembali pada tuhan kami")

Sayapun segera memegang tali unta itu dan melarikannya dengan sangat kencang. Wanita tua itu berkata lagi.
Wanita tua : "Waqshid fi masyika waghdud min shoutik" (QS. Lukman : 19) ("Sederhanakan jalanmu dan lunakkanlah suaramu")

Lalu jalannya unta itu saya perlambat, sambil mendendangkan beberapa syair,
Wanita tua itu berucap.
Wanita tua : "Faqraa-u maa tayassara minal qur'aan" (QS. Al- Muzammil : 20)
("Bacalah apa-apa yang mudah dari Al-Qur'an")

Abdullah : "Sungguh anda telah diberi kebaikan yang banyak.
"Wanita tua : "Wa maa yadzdzakkaru illa uulul albaab." (QS Al-Baqoroh : 269)
("Dan tidaklah mengingat Allah itu kecuali orang yang berilmu")

Dalam perjalanan itu saya bertanya kepadanya.

Abdullah : "Apakah anda mempunyai suami?"
Wanita tua : "Laa tas-alu 'an asy ya-a in tubda lakum tasu'kum" (QS. Al-Maidah : 101)
("Jangan kamu menanyakan sesuatu, jika itu akan menyusahkanmu")

Ketika berjumpa dengan kafilah di depan kami, saya bertanya kepadanya.

Abdullah : "Adakah orang anda berada dalam kafilah itu?
"Wanita tua : "Al-maalu wal banuuna zinatul hayatid dunya." (QS. Al-Kahfi : 46)
("Adapun harta dan anak-anak adalah perhiasan hidup di dunia")

Baru saya mengerti bahwa ia juga mempunyai anak.

Abdullah : "Bagaimana keadaan mereka dalam perjalanan ini?
"Wanita tua : "Wa alaamatin wabin najmi hum yahtaduun" (QS. An-Nahl : 16)
("Dengan tanda bintang-bintang mereka mengetahui petunjuk")

Dari jawaban ini dapat saya fahami bahwa mereka datang mengerjakan ibadah haji mengikuti beberapa petunjuk.Kemudian bersama wanita tua ini saya menuju perkemahan.

Abdullah : "Adakah orang yang akan kenal atau keluarga dalam kemah ini?
"Wanita tua : "Wattakhodzallahu ibrohima khalilan" (QS. An-Nisa' : 125)
("Kami jadikan ibrahim itu sebagai yang dikasihi") "Wakallamahu musa takliima" (QS. An-Nisa' : 146)
("Dan Allah berkata-kata kepada Musa") "Ya yahya khudil kitaaba biquwwah"
(QS. Maryam : 12) ("Wahai Yahya pelajarilah alkitab itu sungguh-sungguh")

Lalu saya memanggil nama-nama, ya Ibrahim, ya Musa, ya Yahya, maka keluarlah anak-anak muda yang bernama tersebut.Wajah mereka tampan dan ceria, seperti bulan yang baru muncul. Setelah tiga anak ini datang dan duduk dengan tenang maka berkatalah wanita itu.

Wanita tua : "Fab'atsu ahadaku bi warikikum hadzihi ilal madiinati falyandzur ayyuha azkaa tho'aaman fal ya'tikum bi rizkin minhu." (QS. Al-Kahfi : 19) ("Maka suruhlah salah seorang dari kamu pergi ke kota dengan membawa uang perak ini, dan carilah makanan yang lebih baik agar ia membawa makanan itu untukmu")

Maka salah seorang dari tiga anak ini pergi untuk membeli makanan, lalu menghidangkan di hadapanku, lalu perempuan tua itu berkata :

Wanita tua : "Kuluu wasyrobuu hanii'an bima aslaftum fil ayyamil kholiyah" (QS. Al-Haqqah : 24)
("Makan dan minumlah kamu dengan sedap, sebab amal-amal yang telah kamu kerjakan di hari-hari yang telah lalu")

Abdullah : "Makanlah kalian semuanya makanan ini. Aku belum akan memakannya sebelum kalian mengatakan padaku siapakah perempuan ini sebenarnya."

Ketiga anak muda ini secara serempak berkata :

"Beliau adalah orang tua kami. Selama empat puluh tahun beliau hanya berbicara mempergunakan ayat-ayat Al-Qur'an,hanya karena khawatir salah bicara."

Maha suci zat yang maha kuasa terhadap sesuatu yang dikehendakinya. Akhirnya saya pun berucap :

"Fadhluhu yu'tihi man yasyaa' Wallaahu dzul fadhlil adhiim." (QS. Al-Hadid : 21)
("Karunia Allah yang diberikan kepada orang yg dikehendakinya, Allah adalah pemberi karunia yang besar")

Subhanallah ,.
Semoga kita bisa mengambil Hikmah Dari Percakapan  Abdullah Dgn Wanita Tua
( dgn bahasa Al-Qur'an ).
Maha Suci Allah Dengan segala Firman-Nya !!! salam Ukhuwah Islamiyah ...

" Tanda terimah Amal "

Bismilallhir rohmaanir rohiim..
Assalamu'alaikum,..Warahmatullahi,..Wabarakatuh,..


BARANG SIAPA YANG DAPAT MERASA BUAH DARI AMALNYA SEKARANG 
(DI DUNIA) IA MENJADI BUKTI DITERIMA AMALNYA KELAK (DI AKHIRAT)

Buah dari amal adalah kesan yang lahir dari amal kebaikan yang dilakukan. Kesan itu menjadi tanda menunjukkan sama ada amal seseorang itu diterima oleh Allah Azza Wa Jalla  atau tidak. Banyak ayat al-Quran dan Hadis Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam  yang menceritakan tentang tanda-tanda yang boleh dibuat ukuran tentang amal yang dilakukan.

Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam  bersabda:

Barangsiapa tidak dicegah oleh Sholat-Nya dari melakukan perbuatan keji dan munkar, maka dia tidak bertambah dekat dengan Allah Azza Wa Jalla bahkan bertambah jauh.

Sholat yang diterima oleh Allah Azza Wa Jalla adalah Beribadah yang mendekatkan orang yang melakukannya kepada Allah  Azza Wa Jalla dan tandanya adalah orang itu dilindungi dari terjerumus melakukan perbuatan keji dan munkar. Andaikata mata hati dapat melihat nescaya akan kelihatan Ibadah-Nya dan  amal kebaikan yang lain, mengeluarkan nur-nur yang menjadi tentera melindungi orang yang berbuat  dan kebaikan itu daripada percubaan tentara musuh menjatuhkannya ke dalam lembah kekejian dan kemunkaran.

Orang tersebut kadang-kadang terlintas juga dihatinya untuk melakukan maksiat, tetapi nur-nur yang menjadi tentera amal kebaikan bertindak menghindarkannya daripada melakukan maksiat yang ingin dilakukannya itu, hinggakan dia sendiri hairan bagaimana dia boleh terselamat padahal dia sudah berada di hadapan pintu maksiat.

Tentera nur tersebut bukan setakat mengawal kejahatan daripada menghampiri tuannya bahkan ia juga sering menarik tuannya kepada kebaikan hinggakan orang itu selalu berpeluang berbuat kebaikan tanpa dirancang dan dia selalu berasa hairan bagaimana bila ada sahaja kerja kebaikan maka tiba-tiba dia ikut serta melakukannya sedangkan tiada sesiapa menjemputnya untuk melakukan pekerjaan itu. Inilah yang dinamakan buah daripada amal kebaikan.

Jika dia ikhlas menjaga amal kebaikannya, maka tentera nur yang lahir dari amal itu akan ikhlas pula melindunginya, bukan sahaja ketika di atas muka bumi ini, malah tentera nur itu akan menemaninya di dalam kubur, memberi cahaya dan menghilangkan kesunyiannya.

Orang yang tidak mendapat buah dari amalnya sering ditarik ke arah yang berlawanan. Dia mudah terjerumus ke dalam lembah maksiat walaupun dia sudah berusaha berungguh-sungguh untuk menjauhkannya. Dia berasa berat untuk beribadat walaupun dia sudah mencuba untuk khusyuk. Walaupun banyak amal kebaikan yang dilakukannya tetapi jika amal itu tidak ikhlas, iaitu tidak ada nyawanya maka dia tidak dapat menghidupkan tentera nur dari amal tersebut, yang boleh menjaganya daripada kebinasaan.

Oleh sebab amal kebaikan orang Mukmin tidak dibalas sepenuhnya semasa dia hidup di dunia ini maka Allah Azza Wa Jalla   menggantikannya dengan sejenis rasa kelazatan dan kepuasan mengiringi amalnya sehingga dia tidak berasa bosan dan tidak berasa rugi kerana beramal. Amal yang salih ditempatkan di Iliyyin yang berhampiran dengan syurga. Walaupun orang Mukmin masih hidup di dunia, amalnya telah pun diangkat ke Iliyyin dan amal itu sudah dapat mencium bau syurga.

Keharuman bau syurga itu disalurkan kepada tuannya yang berada di dunia. Oleh sebab itu orang Mukmin sudah dapat mengecap bau syurga sebelum memasukinya dan ketika mereka masih hidup di dunia. Keharuman dan kelazatan imbasan syurga dirasai ketika mereka beramal, terutamanya ketika Beribadah. Suasana Beribadah mereka seolah-olah mereka berada di dalam syurga, sebab itulah mereka tidak mendengar desiran angin dan tidak sakit ditikam dengan tombak, kerana kelalaian dan kesakitan tidak ada di dalam syurga.

Alloh Azza Wa Jalla Berfirman

Ketahuilah! Sesungguhnya wali-wali Allah, tidak ada kebimbangan (dari sesuatu yang tidak baik) terhadap mereka, dan mereka pula tidak berdukacita. (Wali-wali Allah itu ialah) orang-orang yang beriman serta mereka pula sentiasa bertakwa. Untuk mereka sahajalah kebahagiaan yang menggembirakan di dunia dan di akhirat; tidak ada (sebarang) perubahan pada janji-janji Allah; yang demikian itulah kejayaan yang besar. ( Ayat 62 – 64 : Surah Yunus)

Wallahu 'alam Bishawab


Jika ada yg bnar s'mata2 hanya dari Allah Azza Wa Jalla sdangkan jika ada yg salah krena kesalahan saya yg dhoif ini.

Tujuan Hidup Muslim


 Bismillahir rohmaanir rohiim.
Assalamu'alaikum,.Warahmatullahi,.Wabarakatuh !!!

Rasanya semua orang sepakat dengan tujuan hidup yaitu mencari dan menggapai kebahagiaan. Semua manusia ingin hidupnya bahagia, dan semua tahu bahwa untuk mencapai kebahagiaan itu perlu pengorbanan. Hanya saja, manusia banyak salah mencari jalan kebahagiaan, banyak yang memilih sebuah jalan hidup yang Ia sangka di sana ada pantai kebahagiaan, padahal itu adalah jurang kebinasaan, itu hanya sebatas fatamorgana kebahagiaan, bukan kebahagiaan yang hakiki. Celakanya lagi, semakin dilalui jalan fatamorgana tersebut semakin jauh pula Ia dari jalan kebahagiaán hakiki, kecuali Ia surut kembali ke pangkal jalan.

Banyak orang menyangka kebahagiaan ada pada harta, karenanya ia berupaya mencari sumber sumbernya dengan berletih dan berpeluh. Setelah Ia peroleh harta tersebut, hatinya tetap gundah dan perasaan masih gelisah!! Ada saja yang membuat hati itu gelisah, kadang-kadang munculnya dari anak-anaknya, kadang-kadang dari istrinya atau tidak jarang juga datang dari usaha itu sendiri.

Banyak pula yang nenyangka bahwa pangkat dan kekuasaan adalah kebahagiaan. Ketika dilihat mereka yang berkuasa dan bertahta, secara lahir mereka begitu tampak bahagia hidupnya! Pergi dijemput pulang diantar, ketika ia berkehendak tinggal memesan, perintahnya tidak ada yang menghalangi!! Akan tetapi setelah diselidiki lebih mendalam, kita masuk menembus dinding istananya, akan terdengar keluh kesahnya, dalam harta yang banyak itu terdapat jiwa yang rapuh.

Jadi apa kebahagiaan yang sebenarnya ?

Apa kebahagiaan sejati yang seharusnya dicari oleh manusia ?

Siapa yang sebenarnya orang yang berbahagia?

Apa sarana untuk mencapainya?

Manusia diciptakan oleh Allah Azza wa Jalla, bukan mereka yang menciptakan diri mereka, tentu yang paling tahu tentang seluk-beluk manusia termasuk tentang sebab bahagia atau sebab sengsara adalah Dia Allah subhanahu wa ta‘ala bukan manusia. Sama halnya dengan sebuah produk, sekiranya hendak mengetahui hakikat produk tersebut tentu ditanyakan kepada pembuatnya, bukan kepada produk itu sendiri.

Allah berfirman;
“Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan atau rahasiakan)? Dan Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui”. (QS. al-Mulk:14)

Ketika Al-Qur’an ditadabburi dan syariat Islam dikaji, maka kita dapat menyimpulkan bahwa kebahagiaan yang hakiki adalah dengan mengaplikasikan penghambaan diri kepada Allah Azza Wa Jalla. Orang yang bahagia adalah orang yang telah berhasil menjadi hamba Allah Azza Wa Jalla. Sarana kebahagiaan adalah semua sarana yang telah disediakan olehNya dalam meniti jalan penghambaan diri kepada Allah.

Karena penghambaan diri inilah sebab diciptakannya manusia dan jin..karena ubudiah kepada Allah ditegakkannya langit dan dibentangkannya bumi... karena penghambaan inilah diturunkannya kitab dan diutusnya rasul...

Allah berfirman;
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepadaKu”. (QS.Az-Zariat: 56)

Orang yang berpaling dari penghambaan diri ini dialah orang yang sengsara,

Allah berfirman;
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. (QS. Thaha:124)

“Untuk Kami beri cobaan kepada mereka dan barang-siapa yang berpaling dari peringatan Tuhannya, niscaya akan dimasukkan-Nya ke dalam azab yang amat berat”. (QS. Al-Jin:17)

Allah Subhanahu wa ta’ala telah menentukan taqdir semua makhluk dan tidak ada yang dapat merubah taqdir selainNya.
Allah Azza Wa Jalla tentukan kebaikan dan keburukan, kebahagiaan dan kesengsaraan, kaya dan miskin, laki-laki dan perempuan. Manusia tidak bisa melawannya, sekiranya Allah telah menentukan kemiskinan pada seseorang, maka tidak ada yang dapat mengkayakannya, ketika Allah telah menentukan kepadanya kesengsaraan, maka tidak ada satupun yang dapat membahagiakannya.

Kalaulah begitu, kemana manusia hendak lari?! Kemana manusia hendak berteduh dan bernaung dari taqdir yang Ia tidak memiliki daya dan upaya untuk merubahnya kecuali atas izinNya?! Kemana manusia hendak bersandar dari sesuatu urusan yang tidak di tangannya?! Manusia yang berakal tentu akan bernaung kepada Zat yang telah mentaqdirkan segala sesuatu, dalam naungan-Nya Ia akan merasakan ketenangan, dalam menyandarkan diri kepadaNya, akan ia peroleh kebahagiaan, dalam ke-pasrahan diri kepadaNya akan sirna segala kecemasan dan kesedihan.

Bagaimana ia tidak bahagia, bukankah Jejak jejak kasih sayang Allah begitu tampak dalam taqdir kehidupannya?! Bagaimana ía tidak tenang, bukankah semua taqdir yang ía suka atau yang ía benci, merupakan sarana untuk menggapai ridho dan cintaNya?

Dari mana kesedihan masuk ke dalam dirinya atau rasa takut menyelimutinya, karena sebelumnya ia telah diajarkan tentang cara menghadapinya, bersabar ketika sengsara dan beryukur ketika bahagia, sehingga sengsaranya tidak membawa kepada keputusasaan dan senangnya tidak membawanya kepada kesombongan dan kecongkakan.

Syaikhul Islam Ibnu Taymiah rohimahullah ta’ ala menguñgkapkan hakikat tersebut yang berlaku pada dirinya, beliau berkata, “Apa yang dapat dilakukan oleh musuh-musuhku ?! Surga ada di dadaku, kemanapun dan dimanapun aku, Ia tetap bersamaku!! Sekiranya mereka memenjarakanku, maka penjara bagiku adalah kholwat. Sekiranya mereka mengusirku, usiran itu bagiku menjadi tamasya. Sekiranya mereka membunuhku, terbunuhnya diriku adalah syahid di jalan Allah Subhanahu wa ta’ala”.

Bahkan Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam sebagai manusia yang paling sempurna ubudiahnya kepada Allah, ketika Allah telah mentaqdirkan sesuatu yang berat dalam dakwah beliau, yaitu dua orang yang selama ini sebagai pembela dan penopang dakwah beliau, Khadijah Radliallahu anha istri beliau dan Abu Thalib paman beliau, telah meninggal dunia. Membuat kaum Quraisy meningkatkan permusuhan mereka kepada beliau dan memberi ultimatum untuk menghentikan dakwah beliau, bahkan telah berani pula mengusir beliau dari Mekkah.

Berangkatlah beliau ke Thaif, berharap pembelaan dan bantuan. Kiranya bukan pembelaan yang beliau dapat dan bukan bantuan yang beliau peroleh, tapi malah cacian dan cemoohan, bahkan usiran oleh anak-anak dan wanita-wanita di sana, sedangkan beliau seorang utusan Allah Azza wa Jalla, Allah yang memiliki langit dan bumi.

Mereka telah melukai melempar beliau dengan batu hingga luka kaki beliau, sebagaimana sebelumnya mereka telah melukal hati dan perasaannya. Belum sampai di situ malaikat gunung Akhsyabain meminta izin kepadanya untuk menimpakan gunung tersebut kepada mereka, sebagai tanda bahwa beliau bukan sendirian.

Bertambah sedih beliau, karena yang beliau inginkan bukanlah balas dendam atau kepuasan diri, yang beliau inginkan hanya menampakkan bukti penghambaan diri kepadaNya, hal itu nampak betul dari doa beliau panjatkan kepadaNya,

“Ya Allah Azza wa Jalla kepadaMulah daku keluhkan lemahnya kekuatanku, sedikitnya hilafku, hinanya diriku di mata manusia. Wahai Zat yang paling Pemurah ! Engkaulah Rabb orang-orang yang lemah, dan Engkaulah Rabbku! Kepada siapa Engkau hendak titipkan diriku?! Apakah kepada orang yang jauh yang tidak peduli dengan diriku atau engkau hendak serahkan perkara diriku kepada musuh?! Meskipun begitu, selagi Engkau tidak murka kepadaku, aku tidakpeduli!! Akan tetapi pengampunanMu lebih luas bagiku, aku berlindung dengan cahaya wajahMu -yang telah menerangi semua kegelapan, dengannya berjalan perkara dunia dan akhirat- dan turunnya murkaMu kepadaku atau jatuh kepadaku kebencianMu, hanya kepadaMu pengaduanku sampai Engkau ridho, dan tidak ada daya dan upaya kecuali denganMu “.

Al-Quran menyebutkan bahwa orang berbahagia adalah orang yang menjalankan perintah Allah azza wa Jalla, Allah berfirman,

“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu’ dalam sholatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna. Dan orang-orang yang menunaikan zakat. Dan orang-orang yang menjaga kemaluannya. Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada tercela. Barangsiapa mencari yang di balik itu, maka mereka itulah orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang yang memelihara sholatnya“. (QS. Al-Mukminun:1 -9)

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman : ,

“Alif laam miin. Kitab (Al Quran) inii tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka Itulah yang tercipta mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung”.(QS. AI-Baqarah:1 -5)

Sebaliknya Allah Azza wa Jalla menyebutkan bahwa orang yang melanggar perintahNya atau merekalah orang yang merugi,

Allah Azza wa Jalla berfirman, :

“Katakanlah: "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi.Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi”. (QS. Al-An kabut: 52)

“(yaitu) orang-orang yang melanggar perjanjian Allah sesudah perjanjian itu teguh, dan memutuskan apa yang diperintahkan Allah (kepada mereka) untuk menghubungkannya dan membuat kerusakan di muka bumi. Mereka itulah orang-orang yang rugi”. 
(QS. Al-Baqarah :27)  Wallahu'alam Bishawab ..

Subhanaka Allahuma wa bihmdika asyhadu ala ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik. Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh ..

Lima Kunci Pengokoh Jiwa

Bismillahir rohmaanir rohiim..
Assalamu'alaikum,..Warahmatullahi,.Wabarakatuh....

  • 1. Aku harus siap menghadapi hidup ini, apapun yang terjadi

Hidup di dunia ini hanya satu kali, aku tak boleh gagal dan sia-sia tanpa guna. Tugasku adalah menyempurnakan niat dan ikhtiar, perkara apapun yang terjadi kuserahkan kepada Alloh Yang Maha Tahu yang terbaik bagiku. Aku harus selalu sadar sepenuhnya bahwa yang terbaik bagiku menurutku belum tentu yang terbaik menurut Alloh SWT. Bahkan sangat mungkin aku terkecoh oleh keinginan dan harapanku sendiri. Pengetahuanku tentang diriku atau tentang apapun amat terbatas sedangkan pengetahuan Alloh menyelimuti segalanya, Dia tahu awal, akhir dan segala-galanya. Sekali lagi betapapun aku sangat menginginkan sesuatu, tetapi hatiku harus kupersiapkan untuk menghadapi kenyataan yang tak sesuai dengan harapanku. Karena mungkin itulah yang terbaik bagiku.

  • 2. Aku harus rela dengan kenyataan yang terjadi

Bila sesuatu terjadi, yaa… inilah kenyataan dan episode hidup yang harus kujalani. Aku harus menikmatinya, dan aku tak boleh larut dalam kekecewaan berlama-lama. Kecewa, dongkol, sakit hati tak akan merobah apapun selain menyengsarakan diriku sendiri. Dongkol begini, tak dongkol juga tetap begini. Hatiku harus realistis menerima kenyataan yang ada, namun tubuh serta pikiranku harus tetap bekerja keras mengatasi dan menyelesaikan masalah ini. Bila nasi telah menjadi bubur, maka aku harus mencari ayam, cakweh, kacang polong, kecap, sledri, bawang goreng dan sambal agar bubur ayam spesial tetap dapat kunikmati.

  • 3. Aku tak boleh mempersulit diri

Aku harus yakin bahwa hidup ini bagai siang dan malam pasti silih berganti. Tak mungkin siang terus-menerus dan tak mungkin juga malam terus-menerus, pasti setiap kesenangan ada ujungnya begitupun masalah yang menimpaku pasti ada akhirnya, aku harus sangat sabar menghadapinya. Akupun harus yakin bahwa setiap musibah terjadi dengan ijin Alloh Yang Maha Adil, pasti sudah diukur dengan sangat cermat oleh-Nya tak mungkin melampaui batas kemampuanku, karena Dia tidak pernah mendzolimi hamba-hamba-Nya. Aku tak boleh mendzolimi diriku sendiri, dengan pikiran buruk yang mempersulit dan menyengsarakan diri, pikiranku harus tetap jernih, terkendali, tenang dan proporsional. Aku tak boleh terjebak mendramatisir masalah. Aku harus berani menghadapi persoalan demi persoalan, tak boleh lari dari kenyataan, karena lari sama sekali tak menyelesaikan bahkan sebaliknya hanya akan menambah masalah. Semua harus dengan tegar kuhadapi dengan baik, aku tak boleh menyerah, aku tak boleh kalah. Mesti segala sesuatu akan ada akhirnya, begitupun persoalan yang kuhadapi seberat apapun seperti yang dijanjikan Alloh “Fainnama’al usri yusron inna ma’al ‘usri yusron” dan sesungguhnya bersama kesulitan itu pasti ada kemudahan. Janji yang tak pernah mungkin dipungkiri Alloh SWT.

  • 4. Evaluasi diri

Segala yang terjadi mutlak adalah ijin Alloh Azza Wa Jalla dan Alloh tak mungkin berbuat sesuatu yang sia-sia. Pasti ada hikmah dibalik setiap kejadian, sepahit apapun pasti ada kebaikan yang terkandung didalamnya, bila disikapi dengan sabar dan benar. Harus kurenungkan mengapa Alloh menakdirkan semua ini menimpaku, bisa jadi peringatan atas dosa-dosa kita, kelalaianku atau mungkin, saat kenaikan kedudukanku di sisi Alloh Mungkin aku harus berfikir keras untuk menemukan kesalahan yang harus kuperbaiki Setiap kejadian bagai cermin pribadiku, aku tak boleh gentar dengan kekurangan dan kesalahan yang telah terjadi, yang penting kini aku mengetahui diriku yang sebenarnya dan aku bertekad sekuat tenaga untuk memperbaikinya, Alloh Maha Pengampun dan Maha Penerima Taubat.

  • 5. Alloh-lah satu-satunya penolongku

Aku harus yakin kalaupun bergabung seluruh manusia dan jin untuk menolongku tak mungkin terjadi apapun tanpa ijin-Nya Hatiku harus bulat total dan yakin seyakin-yakinnya, bahwa hanya Alloh-lah satu-satunya yang dapat menolong memberi jalan keluar terbaik dari setiap urusan. Tidak ada yang mustahil bagi-Nya, karena segala-galanya adalah milik-Nya dan sepenuhnya dalam kekuasaan-Nya Tak ada yang dapat menghalangiku jikalau Dia akan menolong hamba-hamba-Nya. Dia-lah yang mengatur segala sebab datangnya pertolongan-Nya Oleh karena itu aku harus benar-benar berjuang, berikhtiar untuk mendekati-Nya dengan mengamalkan apapun yang disukai-Nya dan melepaskan hati ini dari ketergantungan selain-Nya, karena selain Dia hanyalah sekedar makhluk yang tak berdaya tanpa kekuatan dari-Nya Ingatlah selalu janji-Nya !!!!

“Barang siapa yang bertaqwa kepada-Ku, niscaya Ku beri jalan keluar dari setiap urusannya dan Kuberi rizki/pertolongan dari tempat yang tak terduga. Dan barang siapa yang bertawakal kepada-Ku, niscaya akan Kucukupi segala kebutuhannya”..(QS.At-Thalaq) : 2-3)

Wallahu'alam Bishawab

Subhanaka Allahuma wa bihamdika asyhadu ala ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik....Wasalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh !!!

Saudariku, Berjilbablah Sesuai Ajaran Nabimu !!!


Bismillahir rohmaanir rohiim..
Assalamu'alaikum,..Warahmatullahi,...Wabarakatuh ,...


Islam adalah ajaran yang sangat sempurna, sampai-sampai cara berpakaian pun dibimbing oleh Alloh Dzat yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi diri kita. Bisa jadi sesuatu yang kita sukai, baik itu berupa model pakaian atau perhiasan pada hakikatnya justru jelek menurut Alloh.

Alloh Azza Wa Jalla berfirman,  
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu adalah baik bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal sebenarnya itu buruk bagimu, Alloh lah yang Maha mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Al Baqoroh: 216).

Oleh karenanya marilah kita ikuti bimbingan-Nya dalam segala perkara termasuk mengenai cara berpakaian.

  • Perintah dari Atas Langit

Alloh Ta’ala memerintahkan kepada kaum muslimah untuk berjilbab sesuai syari’at.

Alloh Azza Wa Jalla berfirman,

Wahai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu serta para wanita kaum beriman agar mereka mengulurkan jilbab-jilbab mereka ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka mudah dikenal dan tidak diganggu orang. Alloh Maha pengampun lagi Maha penyayang.” (Al Ahzab: 59)
  • Ketentuan Jilbab Menurut Syari’at
Berikut ini beberapa ketentuan jilbab syar’i ketika seorang muslimah berada di luar rumah atau berhadapan dengan laki-laki yang bukan mahrom (bukan ‘muhrim’, karena muhrim berarti orang yang berihrom) yang bersumber dari Al Qur’an dan As Sunnah yang shohihah dengan contoh penyimpangannya, semoga Alloh memudahkan kita untuk memahami kebenaran dan mengamalkannya serta memudahkan kita untuk meninggalkan busana yang melanggar ketentuan Robbul ‘alamiin.
  • Pertama
Pakaian muslimah itu harus menutup seluruh badannya kecuali wajah dan kedua telapak tangan (lihat Al Ahzab: 59 dan An Nuur: 31).

Selain keduanya seperti leher dan lain-lain, maka tidak boleh ditampakkan walaupun cuma sebesar uang logam, apalagi malah buka-bukaan. Bahkan sebagian ulama mewajibkan untuk ditutupi seluruhnya tanpa kecuali-red.
  • Kedua
Bukan busana perhiasan yang justru menarik perhatian seperti yang banyak dihiasi dengan gambar bunga apalagi yang warna-warni, atau disertai gambar makhluk bernyawa, apalagi gambarnya lambang partai politik!!!; ini bahkan bisa menimbulkan perpecahan diantara sesama muslimin. Sadarlah wahai kaum muslimin…

  • Ketiga
Harus longgar, tidak ketat, tidak tipis dan tidak sempit yang mengakibatkan lekuk-lekuk tubuhnya tampak atau transparan. Cermatilah, dari sini kita bisa menilai apakah jilbab gaul yang tipis dan ketat yang banyak dikenakan para mahasiswi maupun ibu-ibu di sekitar kita dan bahkan para artis itu sesuai syari’at atau tidak.
  • Keempat
Tidak diberi wangi-wangian atau parfum karena dapat memancing syahwat lelaki yang mencium keharumannya.

Nabi shollallohu ‘alaihi wa sallam bersabda,  

“Jika salah seorang wanita diantara kalian hendak ke masjid, maka janganlah sekali-kali dia memakai wewangian.” (HR. Muslim).

Kalau pergi ke masjid saja dilarang memakai wewangian lalu bagaimana lagi para wanita yang pergi ke kampus-kampus, ke pasar-pasar bahkan berdesak-desakkan dalam bis kota dengan parfum yang menusuk hidung?! Wallohul musta’an.
  • Kelima
Tidak menyerupai pakaian laki-laki seperti memakai celana panjang, kaos oblong dan semacamnya. Rosululloh melaknat laki-laki yang menyerupai perempuan dan perempuan yang menyerupai laki-laki (HR. Bukhori)
  • Keenam
Tidak menyerupai pakaian orang-orang kafir. Nabi senantiasa memerintahkan kita untuk menyelisihi mereka diantaranya dalam masalah pakaian yang menjadi ciri mereka.
  • Ketujuh
Bukan untuk mencari popularitas. Untuk apa kalian mencari popularitas wahai saudariku? Apakah kalian ingin terjerumus ke dalam neraka hanya demi popularitas semu. Lihatlah isteri Nabi yang cantik Ibunda ‘Aisyah rodhiyallohu ‘anha yang dengan patuh menutup dirinya dengan jilbab syar’i, bukankah kecerdasannya amat masyhur di kalangan ummat ini?   Wallohul muwaffiq.

(Disarikan oleh Abu Mushlih dari Jilbab Wanita Muslimah karya Syaikh Al Albani)

~MAGHFIRAH " Ampunan " ~

                                              

Bismillahir rohmaanir rohiim...
Assalamu'alaikum,.Warahmatullahi,.Wabarakatuh..


KEAMPUNAN Ilahi atau MAGHFIRAH adalah nikmat ILAHII yang amat bernilai. Seorang ulama tafsir tersohor.
Al-Asfahani menegaskan, MAGHFIRAH adalah anugerah ILAHII yang tidak ada tolak bandingnya dalam kehidupan manusia.

Tanpa keampunan Ilahi nescaya setiap insan pasti akan merasai azab seksa dan kemurkaan
Allah Azza Wa Jalla. Tambahan pula,

setiap manusia tidak kira siapa pun dia, tidak terlepas daripada dosa dan kesalahan.

Allah sentiasa menyeru manusia beriman supaya mencari dan menjejaki keampunan Allah. Dalam al-Quran.Allah memerintahkan umat Islam supaya bersegera dan bersaing untuk merebut keampunan Allah seperti firman Allah:

Berlumbalah kamu untuk mendapat keampunan Tuhan kamu dan syurga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya; itulah kurniaan Allah; diberikan kepada sesiapa yang dikehendaki; dan Allah mempunyai kurnia yang besar. (Surah Al-Hadid, ayat 20)

Perlu insaf perintah untuk mencari keampunan Ilahi tidak hanya terbatas kepada umat Islam, malah Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam sendiri diperintahkan beristighfar dan mencari keampunan Allah walaupun umat Islam umumnya mengetahui bahawa Rasulullah adalah seorang nabi yang maksum yang terpelihara sebarang dosa dan kesalahan.

Ulama tafsir tersohor, Imam al-Razi dalam kitabnya, Tafsir al-Razi, berkata keampunan Ilahi ada beberapa pengertian.

Al-Quran menyebut bahawa keampunan itu sentiasa dikaitkan dengan syurga, bermakna orang memperoleh keampunan Allah.berarti dia memperoleh syurga.

Berdasarkan perintah Ilahi dan Sunnah Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam, setiap Muslim wajib mencari keampunan Ilahi dalam setiap detik kehidupannya. Ada beberapa perkara perlu dilakukan supaya ia tidak menjadi sia-sia yang akhirnya hanya mengundang kemurkaan Allah.

Rasulullah mengajar umatnya perbanyakkan istighfar dalam usaha untuk mengejar keampunan Allah. Rasulullah sendiri beristighfar tidak kurang daripada 70 hingga 100 kali sehari semalam seperti tercatat dalam hadis sahih.

Begitu juga para sahabat yang banyak beristighfar kepada Allah pada waktu malam di kala orang lain sedang nyenyak tidur lena dibuai mimpi yang indah sebagaimana dirakamkan Allah lewat firman-Nya yang bermaksud: Mereka sentiasa mengambil sedikit sahaja masa dari waktu malam untuk mereka tidur. Dan di akhir malam mereka beristighfar kepada Allah.(Surah Al-Dzariyat: 17-18).

Kalaulah Rasulullah yang maksum beristighfar pada setiap hari dan malam sekurang-kurangnya 70 kali, maka manusia yang tidak maksum ini dan tidak pula dapat mengelakkan diri daripada buruan dosa, amat wajarlah beristighfar lebih daripada 70 kali berbanding dengan Rasulullah.

Keampunan Ilahi hanya boleh diraih dengan mendekatkan diri ke Hadrat Allah melalui ibadah dan amalan salih.Di dalam al-Quran, keampunan Allah selalu dihubungkaitkan dengan iman, takwa dan amal kebajikan sebagaimana yang dapat difahami dalam firman Allah yang bermaksud: 

Orang yang kafir, bagi mereka azab yang berat; dan orang yang beriman serta beramal salih, bagi mereka keampunan dan pahala yang besar. (Surah Fatir:  7).

Ibadah menurut pengertian syarak ialah ketundukan dan kepatuhan yang penuh tulus lagi kudus serta ketaatan yang mutlak serta tidak berbelah bahagi hanya kepada Allah yang dikenang limpahan kurnia kebaikan-Nya serta dirasai dalam hati nurani akan kehebatan-Nya dan kekuasaan-Nya.

Ketundukan dan kepatuhan ini bukan hanya datang daripada manusia, malah semua makhluk Allah.

Firman Allah Azza Wa Jalla bermaksud:

Dan kepada Allah jualah sekalian makhluk yang ada di langit dan di bumi tunduk menurut, sama ada dengan sukarela atau dengan terpaksa; dan (yang demikian) juga bayang-bayang mereka pada waktu pagi dan petang. Bertanyalah (wahai Muhammad): Siapakah Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan langit dan bumi?Jawablah: Allah. (Surah Al-Ra’d : 15-16).

  • HIKMAH MAGHFIRAH

* Penghapusan segala dosa dan kesalahan.
* Keburukan diganti kebaikan.
* Kesucian dan kesempurnaan rohani.

Wallahu'alam Bishawab
Subhanaka Allahuma wa bihamdika asyhadu ala ilaha illa anta astaghfiruka wa atubu ilaik..

Membuka Pintu Pertolongan Alloh




Bismillahir rohmaanir rohiim..
Assalamu'alaikum,.Warahmatullahi,..Wabarakatuh..


Pertolongan Allah itu pasti."
Jika kalian menolong (agama) Allah, maka Allah pasti akan menolong kalian dan mengokohkan pijakan kalian,"(Qs. Muhammad: 7).  

Firman Allah tersebut menegaskan rumus pertolongan Allah yang bersifat aksioma,  sebagai konsekuensi dari loyalitas yang tinggi kaum beriman. Bantuan dan perolongan Allah tidak datang begitu saja. Allah tidak akan memberi bantuan itu secara cuma-cuma. 

Allah Azza Wa Jalla menghendaki bahwa pembelaan-Nya kepada orang-orang beriman terwujud dengan adanya upaya dari mereka sendiri, agar mereka mencapai kematangan dari celah-celah kesulitan yang mereka alami. Seseorang akan mencapai kematangan di saat potensi dan kekuatan terpendamnya bangkit.

Dan kondisi itu takkan terwujud kecuali tatkala ia berhadapan dengan marabahaya. Ketika seseorang melakukan upaya membela diri dan menghimpun seluruh tenaganya untuk berhadapan dengan sesuatu yang mengancam aqidah, prinsip dan kehidupannya, di sanalah seluruh sel kekuatannya akan bangkit.


Andai pertolongan Allah itu datang tanpa melalui susah payah, maka kenikmatan yang terjadi sesudah itu bisa saja akan menjadi penghambat munculnya potensi kekuatan yang dimiliki oleh seseorang. Di samping itu, bantuan Allah yang diturunkan itupun mungkin rasanya tidak begitu bernilai, lantaran tak ada tuntutan pengorbanan yang berarti untuk memperolehnya.

Dalam perang Badar misalnya.
Pertolongan Allah datang tatkala kaum muslimin telah membuktikan dua hal.

Pertama, motivasi mereka yang sangat kuat dalam membela agama Allah, meskipun kaum muslimin saat itu menyadari akan berhadapan dengan pasukan musuh yang jauh lebih besar dan lebih hebat dibanding mereka. Dalam perang tersebut sejarah memperlihatkan indahnya kesungguhan dan keikhlasan para prajurit Islam dalam membela agama Allah dengan harta dan jiwa raga mereka.


Kedua, ketaatan dan kepatuhan mereka pada pemimpin mereka Rasulullah SAW. Ketaatan tersebut dijiwai oleh iman yang tertancap dalam dada mereka, sehingga sulit dipatahkan oleh dahsyatnya pertempuran. Pertolongan Allah pun datang di saat yang tepat sebagai konsekuensi logis dari kedua faktor di atas. Meski secara jumlah dan persiapan perang kaum muslimin jauh lebih lemah, namun dalam perang itu kaum muslimin memperoleh kemenangan gemilang. 

Kesimpulannya, Allah menjadikan pertolongan-Nya pada orang beriman hanya bila ada upaya dan usaha dari diri mereka sendiri. Ia tidak memberi pertolongan sebagai sesuatu yang dijatuhkan begitu saja dari langit. Apa saja upaya yang harus dilakukan sehingga kita layak mendapat pertolongnan Allah?

  • Pertama
Membersihkan niat beramal dari segala motivasi yang tidak bersih.

Itulah ikhlas. Ikhlas adalah kunci pertama yang paling penting bagi terbukanya pintu  pertolongan Allah. Nilai suatu pekerjaan sangat tergantung dari kadar keikhlasan  pelakunya. Meski secara zahir suatu pekerjaan itu berat dan tampaknya untuk membela kepentingan Islam, namun bila pelakunya tidak memiliki niat yang ikhlash, maka amalnya akan sia-sia. Kalau tidak justru mendatangkan siksa. Ada orang yang mungkin melakukan pekerjaan yang dinilai baik di mata manusia, tapi ia berniat melakukannya untuk popularitas atau kepentingan duniawi lainnya. Orang seperti ini, tidak akan mendapat pertolongan Allah. Dengan kata lain, wujud keikhlasan tidak bisa terlihat sekadar bila seseorang melakukan sesuatu pekerjaan yang berat dan menanggung risiko. Bahkan dalam medan jihad, dalam sebuah hadits pernah diceritakan kisah seorang pemuda yang terlihat gagah berani di medan pertempuran. Namun Rasulullah mengatakan pemuda itu adalah penghuni neraka. Di akhir pertempuran, para sahabat mendapati pemuda itu menghunus pedangnya ke tubuhnya sendiri lantaran tak kuat menahan luka. 

  • Kedua
Berdo’a dengan penuh kepasrahan pada Allah Azza Wa Jalla.

Dalam Al-Qur’an disebutkan, “Berdo‘alah kepada Rabbmu dengan rasa takut dan suara lirih
(Qs. Al-A’raf: 55)

Berdo’a dengan rasa takut dan suara lirih, merupakan salah satu bentuk kesungguhan dan kepasrahan di hadapan Allah. Memanjatkan do’a kepada Allah harus dilakukan dengan hati yang sungguh-sungguh, penuh konsentrasi, sebagai bukti kerendahan dan harapan penuh kita kepada Allah Azza Wa Jalla.
Permohonan seperti ini, insya Allah akan dikabulkan. Rasulullah SAW bersabda, “Adakalanya seseorang yang rambutnya terurai dan berdebu, bahkan diusir dari semua pintu rumah orang karena hina dalam pandangan manusia. Namun kalau ia sungguh-sungguh meminta kepada Allah, pasti Allah mengabulkannya.” (HR. Muslim)


  • Ketiga
Yakini bahwa kehidupan ini adalah ladang amal yang tanpa batas untuk meraih kebahagiaan di akhirat.

Lingkup amal yang harus dilakukan itu meliputi seluruh waktu kehidupan seseorang. Selama ia masih hidup, selama itu pula ia diperintahkan untuk terus berusaha dan berjuang sebatas kemampuan yang dimiliki. Tak ada ujian hidup yang melanggar kemampuan manusiawi. Dalam surat Al-Baqarah, Allah telah menegaskan, “Allah tidak akan membebani seseorang kecuali sebatas kemampuannya.” Seberat apapun ujian dan kesulitan hidup, pasti masih berada dalam batas kemampuan manusia untuk memikulnya. Dan manusia dapat memikul beban tersebut, hanya dengan kualitas iman yang baik. 

  • Keempat
Hindarilah mengatakan bahwa kita sudah habis kesabaran menghadapi keadaan yang tidak sesuai.

Karena pada dasarnya batas kesabaran itu tidak ada. Batas kesabaran sama dengan batas manusia hidup. Dan selama itu tak ada pernyataan bahwa kesabaran kita sudah habis. Sabar artinya tahan menderita menghadapi hal-hal yang tidak menyenangkan diri dan sanggup menahan diri ketika memperoleh hal-hal yang menyenangkan sehingga tidak terjerumus pada perbuatan maksiat.

Bersabar dalam penderitaan dan kesenangan menjadikan seseorang selalu dekat kepada Allah dan menjaga diri dari segala hal yang dapat menimbulkan kemurkaan Allah. Orang semacam ini berhak mendapat kasih sayang Allah, sehingga menjadi hamba yang dekat dengan Allah. Pertolongan Allah pun akan sangat mungkin turun pada hamba-hamba-Nya yang bersabar. Justru dengan bersabarlah para salafushalih merasakan kenikmatan dalam hidup. Seperti dikatakan Umar bin Khattab, “Kami mendapatkan kebaikan hidup kami dengan bersabar."
Ali bin Abi Thalib mengatakan, "Ketahuilah bahwa posisi sabar bagi iman adalah seperti posisi kepala bagi tubuh. Jika kepala terputus, maka matilah badan." Kemudian ia meninggikan suaranya, “Ketahuilah bahwa tidak beriman orang yang tidak bersabar." Umar bin Abdul Aziz mengatakan, "Allah tidak memberi suatu kenikmatan pada hamba-Nya, kemudian Dia mencabutnya dari orang itu dan menggantinya dengan sabar, maka penggantinya itu lebih baik daripada apa yang dicabut darinya." Itulah pertolongan Allah. 

  • Kelima
Pantang berputus asa dari rahmat Allah.

Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam  pernah bersabda,
"Tiga golongan yang kelak tidak akan diperiksa lagi perkaranya (di akhirat). Yaitu …. orang-orang yang berputus asa dari rahmat Allah.”
(HR. Thabrani, Abu Ya’la, dan Bukhari dalam kitab Adab).

Putus asa ialah sikap tidak mempunyai harapan baik akan masa depan. Sikap putus asa timbul pada diri orang yang kurang beriman pada kemurahan Allah Azza Wa Jalla kepada makhluk-Nya. Lantaran kondisi tersebut, seseorang bahkan menuduh Allah tidak adil karena menjadikan dirinya dalam kesulitan atau kesusahan. Dengan kata lain, orang yang putus asa adalah orang yang mengingkari sifat keadilan, kemurahan dan kebijaksanaan Allah kepada makhluk-Nya. Sikap ini pasti menjadikan Allah murka.


  • Keenam
Tetap memelihara sikap istiqamah.

Utamanya dengan memperbanyak ibadah dan menjauhi maksiat. Orang yang istiqamah atau berpegang teguh pada petunjuk Allah akan selalu tertuntun pada kebenaran. Orang yang istiqamah menjalani kehidupan di dunia ini akan dibebaskan oleh Allah dari perasaan resah, takut, dan khawatir  menghadapi segala ujian dan cobaan hidup. Orang-orang semacam ini selalu berada di bawah kasih sayang Allah. Di manapun mereka berada mereka selalu dinaungi malaikat rahmat, karena mereka selalu dekat dengan Allah. Orang yang dekat dengan Allah selalu didengar dan diperhatikan oleh Allah sehingga mereka merasa aman dan tentram, tanpa sedikitpun merasa sedih dan was-was menghadapi tantangan hidup.  

“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan “Rabb kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak (pula) berduka cita.”(QS. Fushilat: 30) 

  • Ketujuh
Jangan sekali-kali menyalahkan ketentuan Allah Azza Wa Jalla.

Apalagi bila kemudian dilanjutkan dengan do’a untuk keburukan.
Rasulullah Sallallahu 'alaihi Wasallam bersabda,
“Tidak sekali-kali seorang muslim di bumi ini berdo’a pada Allah meminta suatu permintaan, melainkan Allah akan memberi apa yang ia minta atau memalingkan darinya suatu kejahatan

yang semisal dengan permintaannya, selagi ia tidak berdo’a meminta suatu dosa atau memutuskan silaturahmi.” Maka ada seseorang berkata, “kalau demikian, kami akan memperbanyak (berdo’a)." Beliau menjawab, “Allah Maha Memberi." (HR. Tirmidzi),

  • Kedelapan
Pelajari dan lakukan sebab-sebab logis bagi datangnya pertolongan Allah Azza Wa Jalla.

Pertolongan Allah tidak akan datang bagi seseorang yang tidak mau melakukan sesuatu yang bisa mendatangkan keberhasilan, sesuai sunnatullah dalam alam semesta. Keinginan untuk lulus dalam ujian, harus dibarengi dengan upaya belajar dengan baik. Keinginan untuk bisa memperoleh rezeki yang banyak, harus diiringi dengan sikap ulet, cermat, tekun, disiplin, dan profesionalisme yang tinggi, Harapan agar kondisi umat Islam berubah menuju kejayaan, harus didukung dengan upaya mendidik dan membina masyarakat muslim yang memiliki pemahaman dan komitmen agama yang baik. Sebab itulah fondasi dan syarat utama kemenangan umat Islam. Begitu seterusnya.  

Setelah sikap-sikap diatas bisa dimiliki, maka nantikanlah pertolongan Allah yang pasti datang.
Allah Azza Wa Jalla berfirman dalam salah satu hadits qudsi, “Barang siapa yang memusuhi wali (kekasih)-Ku, maka sungguh Aku telah mengumumkan perang terhadapnya, dan tidaklah seorang hamba mendekatkan diri kepada-Ku dengan suatu perbuatan yang lebih Aku cintai daripada apa-apa yang telah Aku fardhukan kepadanya. Dan seorang hamba-Ku terus menerus mendekatkan diri kepada-Ku dengan ibadah sunnah sehingga Aku mencintainya. Dan bila Aku mencintainya, Akulah pendengarannya yang dengannya ia mendengar, Akulah penglihatannya yang dengannya ia melihat, Akulah tangannya yang dengannya ia memukul, dan Akulah kakinya yang dengannya ia berjalan, Kalau ia meminta padaku, niscaya Aku beri dan jika ia meminta perlindungan kepada-Ku niscaya Aku lindungi." (HR. Muslim).

Hanya saja, perlu dicatat, jangan diartikan bahwa pertolongan Allah itu datang selalu dalam bentuk yang sesuai dengan keinginan kita. Bisa saja Allah memberi pertolongan tidak dalam bentuk yang kita ingini, bahkan sebaliknya. Tapi pastikan, itu adalah awal dari sesuatu yang baik. Wallahu’alam Bishawab ...

Jika ada yg bnar s'mata2 hanya dari Allah Azza Wa Jalla sdangkan jika ada yg salah krena kesalahan saya yg dhoif ini.

Bersyukur Lebih Berat dari Bersabar .




Bismillahir rohmaanir rohiim..
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..

Firman Allah Azza Wa JAlla  di dalam sebuah Hadis Qudsi yang menyebut mengenai sifat syukur,


Yaitu terjemahannya;

“Kalau Aku uji kamu dengan kesusahan, kamu tidak mahu bersabar, dan kalau Aku uji kamu dengan nikmat, kamu tidak mahu bersyukur, maka nyahlah kamu dari bumi dan langit Allah ini dan pergilah cari Tuhan yang lain.”

Kalau kita perhatikan hidup manusia ini dengan teliti, kita akan dapati bahawa manusia ini sedetik pun tidak terlepas dari diuji. Manusia diuji dengan ujian kesusahan ataupun ujian nikmat yang silih berganti datangnya. Kemudian manusia dituntut supaya bersabar dalam menerima kesusahan serta bersyukur dalam menerima nikmat. Jadi, pada hakikatnya, apa sahaja pergolakan dan perubahan yang berlaku dalam hidup manusia ini, ia hanya mempunyai dua sifat atau dua bentuk. Sama ada ia ujian kesusahan atau ujian nikmat. Atas kedua-dua bentuk ujian ini, hati kita perlu menerimanya dengan betul, iaitu bersabar apabila menerima kesusahan dan bersyukur apabila dikurniakan nikmat.

Di antara kedua-dua tuntutan ini, sekali imbas kita lihat, bersabar itu lebih susah dan lebih berat untuk dipraktikkan.Ini kerana dalam bersabar, hati manusia perlu melalui kesusahan, keresahan, tekanan dan penderitaan. Emosi, fikiran dan ketenangan jiwa terganggu. Kebahagiaan hilang. Bersyukur pula, pada sekali imbas, nampak lebih senang dan mudah kerana hati manusia berada dalam keadaan tenang dan gembira; tidak ada tekanan atau penderitaan.

Apakah ini benar? Adakah bersyukur itu lebih mudah dari bersabar? Kalau benar kenapa tidak ramai orang yang mampu bersyukur? Kenapakah orang-orang yang benar-benar bersyukur itu sedikit sekali bilangannya.

Kenapakah Allah ada berfirman di dalam Al Quran:
Maksudnya:
“Sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.” (Surah As-Saba’: 13)


Bersyukur itu sebenarnya berperingkat-peringkat. Ramai orang, apabila mendapat nikmat, lantas mereka memuji Allah. Mereka ucapkan ‘Alhamdulillah’. Ini bersyukur cara biasa. Ramai yang boleh bersyukur dengan cara ini. Akan tetapi, kalau setakat ucapan sahaja, ia belum lagi dikira bersyukur yang sebenarnya. Kalau setakat ucapan sahaja, tetapi tuntutan tuntutan lain dalam bersyukur itu tidak dilaksanakan, maka ditakuti ucapan ‘Alhamdulillah’ itu hanyalah untuk mempermain- mainkan atau mempersendakan Allah sahaja.

Ramai juga orang, apabila menerima nikmat atau diselamatkan dari bala bencana, lantas mereka memuji Allah dan mengucapkan ‘Alhamdulillah’. Di samping itu hati mereka benar-benar merasakan Allahlah yang telah memberi mereka nikmat itu, atau Allahlah yang telah menjauhkan mereka dari bala bencana tersebut. Mereka diberi pahala kerana merasakan syukur itu di dalam hati mereka. Ini bersyukur peringkat kedua.

Adapun syukur yang sebenar itu ialah syukur yang diucapkan oleh lidah, yang dirasakan atau ditasdikkah di dalam hati, dan yang dilaksanakan dalam perbuatan. Di samping mengucapkan ‘Alhamdulillah’ dan di samping merasakan di hati bahawa Allahlah yang mengurniakan nikmat tersebut, nikmat itu mesti digunakan atau dikorbankan ke jalan Allah. Inilah hakikat kesyukuran yang sebenarnya.

Kalau kita kaya contohnya, kekayaan itu perlu digunakan ke jalan Allah untuk membantu fakir miskin, untuk jihad fisabilillah dan untuk kemaslahatan umat Islam keseluruhannya. Begitulah juga dengan segala bentuk nikmat Allah yang lain. Semuanya perlu dimanfaatkan ke jalan Allah untuk mendapat keredhaan-Nya.

Firman Allah :

Maksudnya:
Kalau kamu bersyukur atas nikmat-nikmat-Ku, Aku akan tambah lagi nikmat-nikmat-Ku. Tetapi kalau kamu kufur nikmat, ingatlah sesungguhnya siksa-Ku amat pedih.” (Surah Ibrahim: 7)

Syukur seperti inilah yang Allah suka dan yang Allah mahu. Dia akan tambah lagi nikmat-Nya, untuk ‘cover’ balik apayang dikorbankan ke jalan Allah itu.

Justeru itu, kita dapati dalam bersyukur itu ada tugas, ada kerja dan ada tanggungjawabnya iaitu kita terpaksa mengguna dan mengorbankan segala nikmat yang Allah kurniakan itu ke jalan Allah. Nikmat Allah itu perlu ditadbir, diurus dan digunakan pada jalan yang betul. Amat mudah bagi manusia lupa diri dan menggunakan nikmat Allah itu kepada jalan yang sia-sia atau lebih berat lagi kepada jalan maksiat. Kalau ini berlaku maka nikmat itu akan bertukar menjadi bala dan mendapat laknat daripada Allah.

Dalam bersabar, kita tidak ada kerja atau tanggung jawab tambahan selain dari menahan perasaan. Tidak ada bahaya menyalah gunakan nikmat kurniaan Tuhan. Apa yang perlu hanyalah menjaga dan mendidik hati supaya dapat menerima ketentuan Allah itu dan berbaik sangka dengan-Nya.

Barulah kita faham kenapa Allah berfirman bahawa sedikit sekali hamba-hamba-Nya yang bersyukur kerana bersyukur itu sendiri bukanlah suatu perkara yang mudah.

Fahamlah kita sekarang, bersyukur itu rupanya lebih berat dari bersabar.

Jika ada yg bnar s'mata2 hanya dari Allah Azza Wa Jalla sdangkan jika ada yg salah krena kesalahan saya yg dhoif ini.

~ Sikap Orang Bodoh ~

Bismillahir rohmaanir rohiim..
Assalamu'alaikum,.Warahmatullahi,.Wabarakatuh,.


Dalam perjalanan menuju Allah  ada sebahagian orang yang tertinggal di belakang walaupun mereka sudah melakukan amal yang sama seperti yang dilakukan oleh orang lain yang lebih maju. Satu halangan yang menyekat golongan yang tertinggal itu adalah kebodohannya yang tidak mahu tunduk kepada ketentuan Allah...

Dia masih dipermainkan oleh nafsu dan akal yang menghijab hatinya daripada melihat Allah  pada apa yang dilihat. Pandangannya hanya tertuju kepada alam benda dan perkara zahir sahaja. Dia melihat kepada keberkesanan hukum sebab-musabab dan meletakkan pergantungan kepada amalnya. Dia yakin yang dia boleh mendapatkan apa yang dia ingini melalui usahanya.

Ketika Rohani orang lain telah maju di dalam menuju Allah dia masih juga berpusing-pusing di dalam kesamaran dan keraguan.
Nafsunya tetap melahirkan keinginan-keinginan. Keinginan diri sendiri menjadi rantai yang mengikat kaki daripada berjalan menuju Allah,Bagaimana boleh seseorang mendekati Allah jika dia enggan menjadikan Allah sebagai Pengurus semua aspek kehidupannya.
Walau para hamba rela atau membantah, Allah tetap melaksanakan ketentuan-Nya. Allah melaksanakan kehendak-Nya pada setiap masa dan tidak ada sesiapa yang dapat menghalang-Nya.

Tiap-tiap masa Ia (Allah) di dalam urusan (mencipta dan mentadbirkan makhluk-makhluk-Nya).
( QS. ar-Rahman :29 )



Allah saja yang mencipta, meletakkan hukum dan peraturan, membahagikan rezeki dan lain-lain. Dia menentukan urusan dengan bijaksana dan adil, termasuklah urusan mengenai diri kita dan apa yang terjadi pada kita. Kita memandang diri kita dan kejadian yang menimpa kita dalam sekop yang kecil. Allah melihat kepada seluruh alam dan semua kejadian, tanpa keliru pandangan-Nya kepada diri kita dan kejadian yang menimpa kita, juga tidak beralih pandangan-Nya dari makhluk-Nya yang lain.

 Urusan pentadbiran-Nya adalah menyeluruh dan sempurna. Orang yang tidak berbekas pada hatinya akan kesempurnaan Allah itu adalah orang Bodoh. Dia masih juga merungut tentang perjalanan hukum takdir Ilahi, seolah-olah Tuhan harus tunduk kepada hukum makhluk-Nya. Bagi murid yang cenderung mengikuti latihan kerohanian perlulah berusaha untuk melenyapkan kehendak diri sendiri dan hidup dalam lakuan Allah. Jangan sekali-kali bertelagah dengan takdir kerana Penentu Takdir tidak pernah berbincang dengan sesiapa pun dalam menentukan arus ketentuan-Nya.

 Jika kita mahu mengenali Allah, kita tidak boleh melihat-Nya pada satu aspek saja. Jika kita melihat Allah al-Ghafur (Maha Pengampun), kita juga harus melihat Allah al-‘Aziz (Maha Keras). Jika kita melihat Allah al-Hayyu (Yang Menghidupkan) kita juga harus melihat Allah al-Mumit (Yang mematikan). Jika kita dapat melihat semua Sifat-sifat Allah dalam satu kesatuan baharulah kita dapat mengenali-Nya dengan sebenar-benar kenal. Bila Allah dikenali dalam semua aspek, hikmat kebijaksanaan-Nya dalam menentukan sesuatu perkara pada sesuatu masa tidak terlindung lagi dari pandangan mata hati.

 Hati yang tidak mahu tunduk kepada Maha Pengatur tidak akan menemui kedamaian. Waktu, ruang dan kejadian akan membuatnya gelisah kerana nafsunya tidak dapat menguasai semua itu. Dia inginkan sesuatu perkara pada satu masa sedangkan Maha Pengatur inginkan perkara lain. Kehendak makhluk tidak dapat mengatasi kehendak Tuhan. Jika mahu hati menjadi tenteram usahakan agar hati sentiasa ingat kepada Allah...

“(Iaitu) orang-orang yang beriman dan tenang tenteram hati mereka dengan zikrullah”. Ketahuilah! Dengan “zikrullah” itu, tenang tenteramlah hati manusia. (Ayat 28 : Surah ar-Ra’d)

Berimanlah kepada Allah dan beriman juga kepada takdir. Lepaskan waham sebab musabab yang menjadi pagar nafsu menutup hati.

Tidak ada kesusahan (atau bala bencana) yang menimpa (seseorang) melainkan dengan izin Allah; dan sesiapa yang beriman kepada Allah, Allah akan memimpin hatinya (untuk menerima apa yang telah berlaku itu dengan tenang dan sabar); dan (ingatlah), Allah Maha Mengetahui akan tiap-tiap sesuatu. ( Ayat 11 : Surah at-Taghaabun )

Jika ada yg bnar s'mata2 hanya dari Allah Azza Wa Jalla sdangkan jika ada yg salah krena kesalahan saya yg dhoif ini.